>

Jumat, 10 Agustus 2012

Pemerintah Diminta Hentikan Pengiriman TKW ke Bahrain

 


ifi/Radar Lombok
MENDERITA: Melepas beban berat yang dialami selama di Bahrain, Dewi menangis di pundak ibunya


Pemerintah Diminta Hentikan Pengiriman TKW ke Bahrain

SELONG-----Andi Dewi Mayangsari, 21 tahun, tenaga kerja wanita (TKW) asal Dasan Tinggi Desa Gelora Kecamatan Sikur, Kamis (9/8) sekitar pukul 10.15 Wita,  menginjakkan kembali kaki di kediamannya setelah bekerja di Bahrain selama 7 bulan.
Kepada wartawan, Dewi mengungkapkan  TKW di  Bahrain kerap mengalami pelecehan seksual. Mereka tidak mendapatkan hak sebagai pekerja dari agency yang memperkerjakannya. Ia menyarankan agar pemerintah Indonesia maupun pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat menerbitkan kebijakan menghentikan pengiriman TKW ke Bahrain. 
Menurutnya, sikap tegas harus diambil pemerintah menyangkut nasib TKW yang ada di Bahrain. Rata-rata mereka menjadi korban perdagangan orang oleh agency ke majikan. Agency mempekerjakan mereka kepada majikan yang kemudian memperlakukannya dengan semena-mena. Mulai dari perlakukan yang tidak senonoh, bekerja non stop hingga tuduhan terlibat aksi kriminalitas seperti pencurian uang majikan.

Agency dan KBRI yang diharapkan untuk menolong dan membantu mereka dirasakan tidak berpihak. Akhirnya demi bertahan hidup banyak yang memutuskan menjadi pekerja seks komersil (PSK) di negeri orang. “Seluruh dokumen kami disita agency. Tidak ada uang sepeser pun yang diberikan. Ketika di penampungan milik agency kami tidak diberikan makan. Beruntung ada teman-teman yang berbagi,” tuturnya.
Bahkan masih ada TKW asal Sunda Jawa Barat yang kini mengalami muntah darah tapi tidak mendapatkan perhatian dari agency. Dalam keadaan seperti itu ia tetap dipaksa untuk bekerja. Keadaannya ini tidak bisa dikomunikasikan kepada pihak keluarga karena mereka tidak diperbolehkan memegang handphone. “Ada sekitar sepuluhan TKW yang satu tempat dengan saya mengalami hal yang sama,” ceritanya.  
Dewi beruntung bisa pulang atas bantuan pemerintah. Kini ia berkumpul lagi dengan keluarganya di Dasan Tinggi. Ditemui saat baru tiba di kediamannya, Dewi menuturkan bagiamana akhirnya bisa pulang ke tanah air.
Kabar ia akan pulang datang tiba-tiba dari agency. Pada Senin (6/8) pukul 21.00 waktu Bahrain atau Selasa (7/8) 02.00 Wita ia diperintahkan untuk mengemas barang-barangnya oleh agency. Saat itu pula Dewi diberikan paspor dan tiket pulang ke Indonesia. Kepadanya pihak agency tidak mengatakan apapun hanya menggerutu menanyakan apa yang diceritakan Dewi ke Indonesia.
Satu jam kemudian ia terbang ke Indonesia dengan transit di Srilanka. Pesawat yang membawanya tiba Selasa sore. Saat itulah ia baru bisa memberi tahu ibunya jika ia sudah di Jakarta. “Sim card saya disita pihak agency saat akan pulang, tidak tahu kenapa,” katanya.
Dewi kemudian melapor ke BNP2TKI. Ia bercerita mengenai apa yang dialami. Dewi berhak mendapat asuransi yang bisa diterimanya dalam waktu dekat sebesar Rp 1,5 juta beserta tiket bus untuk pulang ke daerah asal.
Bersamanya ada beberapa TKI asal NTB yang juga dipulangkan. Sempat dikira tiba Rabu (8/8), Dewi akhirnya menjejakkan kakinya Kamis (9/8) pagi.
Kepada masyarakat Indonesia terutama yang akan bekerja sebagai pembantu rumah tangga ke Bahrain dianjurkannya mengurungkan niat saja. “Saya sarankan jangan ke Bahrain, majikan disana rata-rata perlakukannya sama,” katanya.  
Ibu Dewi, Nurmiati, merasa lega anaknya kembali di sisinya. Ia menyampaikan terimakasih untuk pemerintah yang telah memulangkan anaknya. “Terimakasih atas bantuannya hingga anak saya dapat pulang,” katanya.
Baginya, ia tidak akan pernah lagi mengizinkan Dewi untuk bekerja ke luar negeri. Kini keluarga sedang mengupayakan agar apa yang dialami Dewi diproses secara hukum. Sebuah lembaga swadaya masyarakat telah diberikan kuasa oleh keluarga untuk mengurus masalah ini. (ifi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar