ifi/Radar Lombok
MENDERITA: Melepas beban berat yang dialami
selama di Bahrain, Dewi menangis di pundak ibunya
Pemerintah Diminta Hentikan Pengiriman TKW ke
Bahrain
SELONG-----Andi Dewi Mayangsari, 21 tahun,
tenaga kerja wanita (TKW) asal Dasan Tinggi Desa Gelora Kecamatan Sikur, Kamis
(9/8) sekitar pukul 10.15 Wita,
menginjakkan kembali kaki di kediamannya setelah bekerja di Bahrain
selama 7 bulan.
Kepada wartawan, Dewi mengungkapkan TKW di
Bahrain kerap mengalami pelecehan seksual. Mereka tidak mendapatkan hak
sebagai pekerja dari agency yang memperkerjakannya. Ia menyarankan agar pemerintah
Indonesia maupun pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat menerbitkan kebijakan
menghentikan pengiriman TKW ke Bahrain.
Menurutnya, sikap tegas harus diambil
pemerintah menyangkut nasib TKW yang ada di Bahrain. Rata-rata mereka menjadi
korban perdagangan orang oleh agency ke majikan. Agency mempekerjakan mereka
kepada majikan yang kemudian memperlakukannya dengan semena-mena. Mulai dari
perlakukan yang tidak senonoh, bekerja non stop hingga tuduhan terlibat aksi
kriminalitas seperti pencurian uang majikan.
Agency dan KBRI yang diharapkan untuk menolong
dan membantu mereka dirasakan tidak berpihak. Akhirnya demi bertahan hidup
banyak yang memutuskan menjadi pekerja seks komersil (PSK) di negeri orang.
“Seluruh dokumen kami disita agency. Tidak ada uang sepeser pun yang diberikan.
Ketika di penampungan milik agency kami tidak diberikan makan. Beruntung ada
teman-teman yang berbagi,” tuturnya.
Bahkan masih ada TKW asal Sunda Jawa Barat yang
kini mengalami muntah darah tapi tidak mendapatkan perhatian dari agency. Dalam
keadaan seperti itu ia tetap dipaksa untuk bekerja. Keadaannya ini tidak bisa
dikomunikasikan kepada pihak keluarga karena mereka tidak diperbolehkan
memegang handphone. “Ada sekitar sepuluhan TKW yang satu tempat dengan saya
mengalami hal yang sama,” ceritanya.
Dewi beruntung bisa pulang atas bantuan
pemerintah. Kini ia berkumpul lagi dengan keluarganya di Dasan Tinggi. Ditemui
saat baru tiba di kediamannya, Dewi menuturkan bagiamana akhirnya bisa pulang
ke tanah air.
Kabar ia akan pulang datang tiba-tiba dari
agency. Pada Senin (6/8) pukul 21.00 waktu Bahrain atau Selasa (7/8) 02.00 Wita
ia diperintahkan untuk mengemas barang-barangnya oleh agency. Saat itu pula
Dewi diberikan paspor dan tiket pulang ke Indonesia. Kepadanya pihak agency
tidak mengatakan apapun hanya menggerutu menanyakan apa yang diceritakan Dewi ke
Indonesia.
Satu jam kemudian ia terbang ke Indonesia
dengan transit di Srilanka. Pesawat yang membawanya tiba Selasa sore. Saat
itulah ia baru bisa memberi tahu ibunya jika ia sudah di Jakarta. “Sim card
saya disita pihak agency saat akan pulang, tidak tahu kenapa,” katanya.
Dewi kemudian melapor ke BNP2TKI. Ia bercerita
mengenai apa yang dialami. Dewi berhak mendapat asuransi yang bisa diterimanya
dalam waktu dekat sebesar Rp 1,5 juta beserta tiket bus untuk pulang ke daerah
asal.
Bersamanya ada beberapa TKI asal NTB yang juga
dipulangkan. Sempat dikira tiba Rabu (8/8), Dewi akhirnya menjejakkan kakinya
Kamis (9/8) pagi.
Kepada masyarakat Indonesia terutama yang akan
bekerja sebagai pembantu rumah tangga ke Bahrain dianjurkannya mengurungkan
niat saja. “Saya sarankan jangan ke Bahrain, majikan disana rata-rata
perlakukannya sama,” katanya.
Ibu Dewi, Nurmiati, merasa lega anaknya kembali
di sisinya. Ia menyampaikan terimakasih untuk pemerintah yang telah memulangkan
anaknya. “Terimakasih atas bantuannya hingga anak saya dapat pulang,” katanya.
Baginya, ia tidak akan pernah lagi mengizinkan
Dewi untuk bekerja ke luar negeri. Kini keluarga sedang mengupayakan agar apa
yang dialami Dewi diproses secara hukum. Sebuah lembaga swadaya masyarakat
telah diberikan kuasa oleh keluarga untuk mengurus masalah ini. (ifi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar