BAYI KURUS BERARTI KURANG
GIZI ?
Selama ini ada anggapan,
bayi kurus berarti kekurangan gizi atau menderita penyakit tertentu.Padahal,
penyebabnya bisa macam-macam.
"Periksa ke dokter,
deh, siapa tahu anakmu ada penyakit tertentu. Badannya kurus sekali."
Nasehat semacam ini sering kita dengar atau justru berikan pada teman yang
anaknya terlihat kurus. Padahal, untuk menentukan bayi kurus tidaknya bayi, tak
cukup dilihat dari penampilannya saja. "Cara yang tepat adalah dengan
mengukur dan membandingkan antara berat dan tinggi badannya, kendati tiap bayi
punya berat dan tinggi badan yang berbeda," terang dr.
Alinda Rubiati, Sp.A,
spesialis anak dari RS Fatmawati, Jakarta.
Begitu pula untuk urusan
memantau kurus atau tidaknya anak, harus secara kontinyu. "Ada satu kurva atau
grafik untuk melihat apakah bayi menjadi lebih kurus atau tidak," ungkap
Alinda. Pencatatan biasanya dilakukan setiap bulan, sehingga akan tampak
bagaimana grafik pertumbuhan badan si bayi.
ACUAN KURUS
Normalnya, berat badan (BB)
bayi baru lahir harus mencapai 2.500 gram. Tidak terlalu besar, juga tak
kelewat kecil. Sebab kalau terlalu kecil, dikhawatirkan organ tubuhnya tak
dapat tumbuh sempurna sehingga dapat membahayakan sang bayi sendiri.
Sebaliknya, terlalu besar juga ditakutkan sulit lahir dengan jalan normal dan
mesti lewat operasi sesar.
Nah, pertambahan BB bayi
bisa dilihat per triwulan. Pada triwulan I, kenaikan BB berkisar 150-250
gram/minggu, triwulan II kenaikannya 500-600 gram/bulan, triwulan III naik 350 - 450 gram/bulan, dan triwulan IV
sekitar 250-350 gram/bulan.
Jelas terlihat,triwulan I
pertambahan BB berlangsung lebih cepat dibanding dengan triwulan II, III, dan IV. "Ini wajar karena pertumbuhan BB
di bulan berikutnya lebih rendah dari bulan sebelumnya. Namun bila pertumbuhan
BB berkurang secara drastis, bisa dijadikan ancang-ancang untuk melakukan
tindakan lanjutan."
Umumnya, jelas Alinda, acuan
untuk melihat normal-tidaknya BB adalah saat usianya mencapai 6 bulan dan 1
tahun. Di usia 6 bulan, BB bayi harus mencapai 2 kali lipat berat lahir dan
menjadi 3 kali lipatnya pada usia 1 tahun. "Kurang dari ini, BB nya bisa
disebut rendah atau ia termasuk bayi kurus."
NUTRISI & PERIKSA RUTIN
Bayi kurus adalah yang saat
lahir BB-nya rendah atau di bawah 2.500 gram.
"Penyebabnya
dipengaruhi saat masih berada dalam kandungan. Inilah yang sangat menentukan
karena di situlah pembentukan dan pertumbuhan organ tubuh dimulai."
Kandungan yang sehat
ditentukan oleh ibu yang sehat. Bila ibu menderita penyakit, semisal infeksi
paru, kondisi janin pun ikut terpengaruh. Darah yang tersuplai ke tubuh janin
bisa saja menjadi jalan untuk mewarisi penyakit yang diderita ibunya.
"Saat lahir, bayi bisa saja menderita penyakit atau kelainan organ tubuh.
Akhirnya, bayi tak sehat dan bertubuh kurus."
Faktor penyebab lain adalah
asupan nutrisi yang dikonsumsi ibu ketika hamil.
Biasanya, berkurangnya
nutrisi yang dikonsumsi si ibu, otomatis berkurang pula asupan nutrisi pada
janin yang ditransportasikan lewat plasenta.
Kekurangan ini bisa disebabkan
karena ibu sulit sekali untuk mengkonsumsinya kala sakit selama hamil atau
memang malas memperhatikan nutrisi yang diperlukan semasa hamil. Gara-gara
kurang nutrisi inilah, bayi bisa mengalami BB rendah dan tampak kurus.
Itu sebabnya selama hamil
ibu harus kontinyu memeriksakan kandungan sebulan sekali. "Makin tua usia
kandungan, pemeriksaan harus dilakukan lebih sering." Selain itu,ibu juga
harus melakukan pengawasan terhadap kandungan dengan lebih saksama, sehingga
bila terjadi sesuatu pada diri ibu maupun janinnya, dapat segera diketahui dan
dapat dilakukan tindakan preventif sejak dini. "Yang jelas,pemeriksaan
juga harus dibarengi dengan asupan gizi yang cukup dan seimbang," tegas
Alinda.
BERAT MANDEK
Meski saat lahir BB-nya
normal, belum tentu juga selanjutnya perkembangan BB-nya akan normal sesuai
dengan pertumbuhannya. "Pada fase tertentu, ada kecenderungan pertambahan
berat badan bayi akan melambat." Antara 1 sampai 6 bulan, pertambahan BB
bayi terbilang cepat, "Tapi di atas 6 bulan, pertambahannya melambat. Ini
terjadi hampir pada seluruh bayi. Salah satu penyebabnya, karena pada tahap ini
biasanya bayi sudah lebih banyak bergerak dan pertumbuhannya mengarah ke
pertinggian badan."
Bila pertambahan BBbayi di
usia 6 bulan, misalnya, menjadi tidak normal alias tidak bertambah atau malah
berkurang, "Perlu dilihat penyebabnya,"
terang Alinda. Mungkin ada
penyakit yang bersarang di tubuhnya semisal penyakit infeksi terutama TBC dan diare. "Penyakit membuat nafsu makan
anak berkurang dan akhirnya BB-nya tak mau naik."
Selain itu, bayi kurus juga
bisa mengindikasikan kekurangan gizi. Ini umumnya karena kebiasaan di keluarga
di mana kadang ibu tak cermat memberi nutrisi yang tepat untuk bayi.
Padahal,bayi perlu asupan nutrisi yang seimbang. Bisa juga karena si bayi bosan
dengan makanan yang itu-itu saja dan akhirnya emoh makan."Di sisi lain,
kondisi psikis bayi menentukan pula keinginannya untuk makan. Kalau ia merasa
tertekan karena sering dipaksa, misalnya, bisa saja nafsu makannya berkurang."
Padahal, bayi dengan BB
rendah berisiko terserang penyakit lebih besar dibanding dengan yang punya BB
normal. "Meski belum tentu begitu jika memang kesehatannya baik-baik
saja." Tapi yang jelas, saran Alinda,"Jaga BB bayi pada kondisi
normal. Bila terlalu kurus, segera konsultasi ke dokter."
Soalnya, lanjutnya,
"Untuk mengembalikannya menjadi normal kita harus melihat apa yang menjadi
sebabnya." Bila karena penyakit, harus disembuhkan dansambil menyembuhkan
penyakitnya, kita pun harus melakukan konsultasi gizi untuk mengetahui gizi
yang tepat bagi bayi.
Untuk kembali ke kondisi
normal, kata Alinda, waktu yang diperlukan sangat relatif. Bila penanganannya
dilakukan dengan kontinyu dan serius, mungkin lebih cepat. Begitu pula
sebaliknya. Yang jelas, bila bayi kurus tak segera diobati, dikhawatirkan akan
menimbulkan komplikasi. "Bahayanya, sih, memang tidak langsung melainkan
melalui proses. Karena kurang gizi, bayi jadi rentan terhadap aneka penyakit.
Nah, karena sakit-sakitan, ia jadi tambah kurus."
KIAT MENGATASI
Jika memang penyebabnya
karena penyakit, tak ada cara lain, si penyakit harus disembuhkan secara total.
Pada saat yang sama pula, bayi diberi nutrisi yang cukup agar ia tidak jadi
kurus. Sebab, jika bayi kena infeksi dan dibiarkan tanpa ada tindakan tepat
hingga akhirnya menimbulkan masalah kekurangan gizi, misalnya, bakal sulit
meningkatkan BB-nya. Penanganannya pun akan menjadi lebih kompleks.
Ciri-ciri bayi malnutrisi,
jelas Alinda, bisa dilihat dari fisiknya. "Bila parah hanya tinggal kulit
dan tulang saja." Pemberian gizi tidak hanya satu segi saja, tetapi harus
seimbang antara pemberian protein, karbohidrat, lemak, kalori, dan vitamin.
Sumbernya pun tidak harus yang mahal, lebih baik dari yang murah. "Seperti
protein, tak harusdari hewani saja. Dari nabati pun bisa. Misalnya anak
diberitahu dan tempe."
Jika berbagai upaya sudah
dilakukan tapi bayi tetap kurus,"Berarti ada masalah utama yang tidak
teratasi," tegas Alinda. Karena itu mencari penyebabnya menjadi sangat
penting agar dapat dilakukan tindakan yang tepat.
"Mungkin tidak hanya
faktor penyakit infeksi atau nutrisi, pengetahuan ibu dalam hal pemberian
makanan, lingkungan yang tidak mendukung, juga penting untuk diketahui."
Pada kasus lain,bayi sulit
makan sehingga gizi yang dibutuhkannya pun sulit sekali masuk. "Di sini
perlu tindakan khusus orang tua. Kalau perlu, konsultasikan ke dokter."
Mungkin karena anak alergi, kurang cocok dengan makanannya, atau ada hal lain
yang menyebabkan makanan sulit masuk ke dalam tubuhnya. "Kalau memang makanannya
tak cocok, ibu, kan,
bisa membuatkan variasi makanan yang lain."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar